7.5.11

Tahu Sumedang

Disaat sejumlah perusahaan manufaktur di Jawa Barat berniat gulung tikar dan memberhentikan sejumlah karyawan akibat krisis finansial global, industri rumahan tahu sumedang masih menggeliat. Di sentra industri tahu sumedang di Kampung Babakan Giriharja, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, belasan industri rumahan tahu terus berjalan dengan kapasitas pengolahan kedelai hingga 2 ton per hari.

Tahu Sumedang Masih Menggeliat
Di sentra industri tahu sumedang di Kampung Babakan Giriharja, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, belasan industri rumahan tahu terus berjalan dengan kapasitas pengolahan kedelai hingga 2 ton per hari.
Namun, seperti dituturkan Udin Komarudin (40), salah seorang pengusaha tahu, keuntungannya merosot hingga 60 persen karena kenaikan harga kedelai sejak akhir Desember 2007. Padahal, saat harga kedelai masih Rp 2.500-Rp 3.000 per kilogram, keuntungan pengusaha bisa mencapai 100 persen dari modal awal. Kini, harga kedelai Rp 6.500-Rp 7.000 per kg.

 
“Keuntungan juga terkuras kenaikan harga bahan bakar minyak,” ujar Udin.

Dalam sehari, pabrik pengolahan tahu milik Udin rata-rata menggiling 6 kuintal kedelai. Total, Udin bisa menghasilkan 80 ancak (semacam loyang dari kayu berbentuk persegi berukuran 40 cm x 40 cm) tahu.
Satu ancak tahu bisa dipotong menjadi 100-120 tahu ukuran standar.

Tahu produksi Udin dikirim ke 38 warung yang tersebar di Sumedang, Subang, dan Bogor. Pendapatannya sehari Rp 7 juta, dengan keuntungan bersih rata-rata Rp 500.000. Biaya paling banyak terserap untuk gaji pegawai yang berjumlah 15 orang dan kebutuhan operasional, seperti listrik, kayu bakar, dan transportasi.Geliat bisnis tahu sumedang pun dinikmati Soyat (32), pengusaha tahu di Jalan Andir, Kecamatan Sumedang Utara. Setiap hari, Soyat menggiling seperempat kuintal kedelai atau setara dengan produksi 20 ancak tahu. Ia menyuplai empat warung di Sumedang dengan harga per ancak Rp 15.000. Dari setiap ancak tahu yang dijual, ia mengambil keuntungan sekitar Rp 2.000.
Selain memberikan keuntungan yang cukup, bisnis tahu sumedang juga menyediakan lapangan kerja. Sekitar 11 industri rumahan tahu yang relatif besar di Babakan Giriharja rata-rata mempekerjakan lebih dari 10 orang. Belum lagi, dampak domino yang timbul dengan makin bertumbuhnya pedagang dan warung tahu sumedang di sekitarnya.
Menyebar
Gurih dan nikmatnya rasa tahu sumedang dan geliat bisnisnya pun menyebar hinga ke Penyileukan, Kabupaten Bandung. Di Jalan Cipacing yang menuju Tasikmalaya dan Garut, misalnya, puluhan pedagang tahu sumedang berjajar di antara bengkel mobil dan penjual tape Bandung.
Pedagang berebut melambaikan tangan setiap kali ada mobil atau motor yang menuju ke tepi jalan. Lambaian tangan itu dimaksudkan mempersilakan pengendara mampir ke kios mereka. “Senjata untuk mendapatkan pembeli, ya cuma lambaian tangan ini,” ujar Neni Hariani (32), pedagang yang telah berjualan selama 10 tahun.
Pengamat pemasaran dari Universitas Padjadjaran, Poppy Rufaidah, mengatakan, industri tahu sumedang dapat bertahan karena konsumsi produk itu stabil di dalam negeri. Tahu sumedang sudah menjadi semacam produk budaya yang dinikmati masyarakat lokal. Meski krisis melanda, tahu sumedang tetap dibeli sebagai penganan khas yang belum ada alternatif pengganti.
Sumber : http://www.kasundaan.org

2 komentar:

Tinggalkan Komentar Anda